Mesjid adalah lambang dimulainya dakwah, tempat
dipeliharanya dakwah dan wahana mengukur keberhasilan dakwah. Sedangkan dakwah
adalah nadi Islam. Jadi mesjid adalah represetasi fisik kehadiran cahaya Islam
di suatu petak bumi Allah ini. Ketika
hijrah, Rasulullah mula-mula mendirikan Mesjid Quba, lalu di Madinah beliau
memulai dakwah dengan mendirikan Mesjid Nabawi. Mesjid ini terus menjadi simbol
kehadiran Islam. Bahkan setelah berabad-abad kemudian pusat kekuasaan politis
umat Islam berpindah ke Istanbul Turki, para Sultan Utsmaniyah tetap sangat
memerhatikan Mesjid tersebut. Ketika lampu elektrik pertama kali ada,
Kesultanan langsung memasang instalasi lampu listrik di Mesjid Nabawi, padahal
di istana Kesultanan nan megah di Istanbul sendiri belum ada lampu satu
pun.
Di India, ada mesjid bernama mesjid Quwwatul Islam,
didirikan di dalam Kompleks Quthb, sebuah kompleks yang didirkan oleh
Quthbuddin Aybek salah satu penakluk Delhi dari tangan penguasa lokal. Konon
Quthbuddin menghancurkan 27 kuil-kuil Jain dan Hindu lalu sisa-sisa runtuhannya
dijadikan material untuk membangun mesjid Quwwatul Islam (Kekuatan Islam),
mungkin sebagai simbol diambil alihnya tanah Delhi dari tangan kaum Jain dan
Hindu, sebuah iconoclasme ; perendahan terhadap icon sebuah kepercayaan yang
dikalahkan untuk tujuan politis atau motivasi religius. Sebenarnya iconoclasme
adalah sesuatu yang sering terjadi di tempat-tempat yang sejarahnya dipenuhi
dinamika bangkit dan ditaklukannya sebuah peradaban berbasis iman, selain
adaptasi icon tentu saja. Misalnya apa yang terjadi pada percaturan pagan dan
Keristenan atau antara Kristen dan Islam di daerah Levant atau Spanyol.
Namun, apakah penghancuran rumah ibadah mereka yang
ditaklukan dibenarkan dalam Islam? ternyata tidak demikian. Dalam salah satu
hadis yang diriwayatkan Imam Muslm, Rasulullah melarang pasukannya untuk
membunuh orang-orang lemah, wanita, lansia, anak-anak, dan jangan sekali-kali
jangan membunuh mereka yang ada di rumah ibadahnya. Saya kira para pendeta
pemelihara kuil lebih suka mati daripada kuilnya dirobohkan. Lagipula tidak
pernah ada riwayat Rasulullah menghancurkan rumah ibadah. Peristiwa
penghancuran berhala di Kakbah? Pertama, Rasulullah tidak menghancurkan sebuah
kuil, tidak ada kuil di sana. Kedua, sebenarnya apa yang Rasulullah lakukan
hanyalah pengalihan fungsi (pengembalian kepada fungsi awal) Ka'bah. Ketika fathul
makkah, semua penduduk Mekah masuk Islam, maka wajar jika pusat ibadah
mereka pun dikembalikan pada fungsi awalnya; tempat untuk memelihara ketauhidan
Ibrahim.
Di salah satu petak bumi yang diterpa cahaya tauhid
berdirilah mesjid Menara Kudus di kota Kudus, Indonesia. Mesjid itu didirikan
oleh seorang ulama, Sunan Kudus. Dalam berdakwah Sunan Kudus dikenal sangat
respek terhadap kebiasaan masyarkat sekitar, meskipun kebiasaan-kebiasaan itu
jelas-jelas adalah hasil dari tradisi Hindu, yang menurut saya selama kebiasaan
itu tidak berkaitan dengan akidah. Misalnya beliau menganjurkan untuk tidak
memakan daging sapi, yah masalah makan daging sapi bukanlah pokok agama. Begitu
pula dengan mesjid Kudus, beliau membangun menaranya dengan mengadaptasi bentuk
arsitektur Jawa-Hindu, sesuatu yang mungkin saja membautnya serupa dengan
candi. Ada pula mesjid Demak yang gaya
arsitekturnya juga mengadaptasi gaya Jawa-Hindu tapi falsafah dan fungsinya
tetap sangat Islam. Arsitek kepala pembangunan mesjid Demak juga adalah seorang
arsitek Majapahit yang menganut Hindu.
Bandingkanlah kasus mesjid Quwwatul Islam dengan
mesjid Menara Kudus dan Demak. Yang pertama, Jendral Quthbuddin menghancurkan
rumah ibadah lain dan dari puingnya (dalam arti sebenarnya) beliau membangun
mesjid, diberi nama Quwwatul Islam. Kehadiran mesjid yang jadi representasi
Islam menjadi sangat terasa nuansa penaklukan militeristiknya. Muslim hadir di
India memang tidak bisa dilepskan dari ciri mereka yang memang para jendral
muslim penakluk yang kemudian saling memerangi. Mughal nan megah itu didirikan
oleh penakluk yang paling kuat, Babur cucu muslim Jengis Khan. Sedangkan yang kedua, Menara Kudus oleh Sunan
Kudus, mesjid sebagai representasi Islam hadir sebagai sahabat orang Jawa. Ia
hanya melepaskan mereka dari belengngu syirik. Syirik adanya di hati, bukan di
bangunan, atau budaya apapun. Mesjid-mesjid itu didirikan oleh para ulama yang
juga kerap merangkap pedagang sukses dan bahkan dekat ke kalangan istana
Majapahit sendiri.
Kita bukannya hendak mencari mana yang paling baik,
siapa yang paling tepat metodenya, mesjid mana yang paling merepresentasikan
kehadiran Islam. Saya menulis ini jug bukan untuk analisis sejarah, ah itu
terlalu mewah. Namun marilah tengok apa yang kemudian terjadi di India.
Ternyata ada dendam yang tetap diam-diam dipelihara oleh orang-orang taklukan
itu. Ketika invasi penjajah Inggris akhirnya melumat Mughal yang telah melemah
ternyata rakyatnya yang Hindu tidak pernah merasa bagian dari Dinasti Mughal,
atau bahkan dari sebuah bangsa dimana di dalamnya ada manusia-manusia muslim
dengan mesjid mereka. Orang-orang itu toh akhirnya lebih memilih pemisahan
India-Pakistan, dan menganggap diri mereka pewaris Hindustan. Juga ada dendam
terbakar dari sebagian kaum fundamentlisnya yang merusak mesjid Babri, atau
tindakan terror mereka terhadap penduduk muslim di beberapa daerah, seperti
yang digambarkan dari realita di film Slumdog Millionare. Alhamdulillah,
kita tidak menyaksikan hal serupa terjadi di Kudus, Demak, atau Bali.
Wallahu a’lam.
sumber gambar dari sini