Dalam
Jurnal ini, Anwar Ibrahim menyoroti salah satu sifat sains, yaitu selalu
berubah. Sejarah sains barat membuktikan dahulu gagasan sains senantiasa
bermuara kepada satu tujuan yaitu menemukan kebenaran secara objektif. Dengan gagasan
seperti itu para saintis selalu terobsesi dengan bentuk penelitian yang
objektif. Metode yang digunakan yaitu dengan langsung melibatkan diri pada
observasi yang bersifat empiris, melakukan pembahasan secara deduktif atau pun
induktif, lalu melakukan eksperimen dan pada akhirnya membuat konklusi, semua
itu dilakukan dalam satu proses linear. Secara keseluruhan setiap aktifitas
ilmiah itu diurai dan ditentukan berdasarkan element kemanusiaan dan kultural.
Sementara nilai moral dikeluarkan karena dianggap tidak saintifik dan tidak
bisa dibuktikan dengan evaluasi yang objektif.
Namun pada era sains modern, dogma
ilmiah seperti diatas dianggap sebagai framework yang telah usang. Sains modern
kini tidak lagi membatasi dirinya hanya pada satu garis saja. bahkan salah satu
ciri sains modern adalah mencoba melakukan interdisiplin segala pendakatan
untuk menjadikannya dalam satu keutuhan dalam rangka merefleksikan satu sistem
utuh yag menggambarkan kerja alam secara universal. Sains modern juga telah
dapat membuktikan bahwa meskipun secara ontologis ilmu itu objektif dan bebas
nilai, namun keputusan yang bersifat saintifik selalu dipengaruhi oleh urusan
politik dan propaganda demi kepentingan kekuasan, polemik yang sangat
mendeterminasi perdebatan teori-teori para saintis tersebut. pada akhirnya
sains modern percaya bahwa terdapat sisi subjektif dan nilai-nilai di luar
sains yang sangat mempengaruhi aktifitas sains meskipun para saintis telah
mencoba meminimalisir campur tangan itu.
Kenyataan
ini, bagi Anwar Ibrahim menuntut umat Islam untuk khawatir atas gagasan-gagasan
dan ide-ide dibalik perkembangan sains sekarang. Baginya penjelmaan kembali
August Comte yang mendikte bahwa “setiap perkembangan masyarakat harus dan
akan selalu berbanding lurus dan mengikuti perkembangan peradaban barat”
merupakan doktrin yang dapat membuat kita meninggalkan identitas sains muslim
yang memang memiliki sejarah peradaban sendiri. karena problematika sejarah
sains barat pada banyak hal tidak terjadi pada perkembangan sains Islam. Salah
satu contohnya adalah perkembangan filsafat; kosmosentris, teosentris dan
antroposentris. Perkembangan ini tidak terdapat dalam sejarah sains Islam,
sebab para ulama dahulu, di dalam karyanya telah menggabungkan pandangan
kosmosentris, teosentris dan antroposentris dengan penjelasan yang
mengagumkan. Untuk itu diperlukan usaha
baru membentuk filsafat sains kontemporer yang bercorak Islam.
Lanjut Pembahasan dan Langkah Membangun Filsafat Islam Modern