بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
depiksi Shajarat ad-Dhur |
Mungkin karena beberapa kali diminta mengisi materi gender
akhir-akhir ini, saya jadi berpikir ala-ala feminis, setiap mengaji
sesuatu pasti dilihat dari sudut pandang "peran aktor perempuan", begitu
pula ketika saya ikut kuliah Sejarah Peradaban Islam. Guru kami yang
asli Asia Selatan itu luar biasa sekali pengetahuan sejarahnya, banyak
detail-detail kecil tapi seru yang beliau ungkapkan.
Nah, saya
melihat detail-detail itu daru sudut pandang peran perempuan. Menarik
yang saya temukan. Jadi, ternyata Allah menyelamatkan peradaban Islam di
titik-titik krusialnya dengan perempuan-perempuan hebat, mereka yang
selalu di belakang layar, tapi ketika situasi mendesak, mereka muncul
dan bisa dikatakan mengubah arah jalannya sejarah, mencegah perdaban
Islam dari hancur berantakan. Setidaknya tiga perempuan yang bisa saya
sebut.
Pertama, tentu saja Sayyidatuna Khadijah, kisahnya
sebenarnya sangat populer, kisah paling romantis dalam sejarah umat
manusia yang penuh darah dan air mata ini. Ketika Muhammad kebingungan,
apakah ia benar-benar mendapatkan wahyu dari Allah ataukah ia telah
menjadi salah satu kahin pembual akibat dibisiki jin jahat, Khadijahlah
yang menyelimuti beliau dan menguatkannya dengan cinta kongnitif,
afektif, dan psikomotirk. hehe.. Beliau pulalah manusia pertama yang
menerima risalah Islam.
Kedua, Orghana, nah ini mungkin kisah
yang kurang populer, tapi perlu untuk diungkap dan diketahui oleh setiap
Muslimah. Jika ada yang berkata, apa sih peran ibu rumah tangga dalam
sejarah Islam? Sebutlah Orghana di barisan ibu-ibu pengubah sejarah itu.
Sebutlah Orghana di shafnya ibunda Zaid bin Tsabit, ibunda Imam
Syafi'i, Ibunda Imam Malik yang kisahnya sudah sangat masyhur.
Orghana adalah ibunda dari Mubarak Shah, penguasa Mongol pertama yang
terang-terangan memakai nama Arab, yang ketika itu adalah proklamasi
terang benderang, ia adalah khan Mongol yang menjunjung syariat.
Orghanalah, menurut para sejarawan, tokoh yang berperan penting dalam
keberpihakan anaknya kepada Islam, sebuah keputusan pengubah laju
sejarah. Dinsati Chagatai adalah salah satu dari tiga anak kerajaan
Mongol peninggalan Jengis Khan. Chagatai adalah keturunan langsung dari
Hulagu Khan, jendral Mongol yang mengahancurkan Baghdad. Dinasti ini
awalnya dikenal bersikap negatif pada Islam. Tapi di lingkungan seperti
itu, Orghana justru tumbuh menjadi putri Mongol yang simpati pada umat
Islam, komunitas yang kota-kota pentingnya habis digasak Mongol.
Oleh sejarawan, diperkirakan Orghana sudah lama diam-diam masuk Islam.
Sebagai perempuan, ia tidak punya peluang menjadi khan dinasti Chagatai,
tapi Orghana menyiapkan putranya, Mubarak Shah. Maka lahirlah penguasa
Muslim pertama dari bangsa yang sudah melumpuhkan peradaban Islam ini.
Bayangkan betapa besar efek domino sejarah yang muncul sebab Islamnya
bangsa Mongol, dan semua itu tidak lepas dari peran seorang ibu yang
luar biasa ; Orghana, ibunda Mubarak Shah.
Perempuan ketiga
yang ingin saya sebut adalah Shajarat ad-Dur. Dialah sang penyelamat kevakuman kepemimpunan setelah jatuhnya dinasti Ayyubiyah yang menjaga kawasan Syam dari rongrongan Pasukan Salib dan invasi Mongol. Ia mengalahkan Pasukan Salib dari balik hijabnya. Keadaan umat Islam di masa hidup Shajarat sedang kritis. Setelah porak porandanya
Baghdad, umat Islam di Timur kocar kacir sebab kehilangan otoritas
pemersatu sementara tsunami invasi suku penunggang kuda dari stepa Asia
Tengah itu seperti tak terhentikan. Bahkan muncul mitos, pasukan Mongol
mustahil dikalahkan. Sementara itu, Pasukan Salib Ketujuh tidak kenal
putus asa mencoba merebut kembali Tanah Suci yang berhasil dikembalikan
Salahuddin al-Ayyubi. Dinasti yang didirkan Salahuddin pun sudah menua, sultannya Salih al-Ayyubi
sakit-sakitan, lalu meninggal meninggalkan Shajarat ad-Dur sebagai
janda.
Di titik krusial ini, tentara Mongol justru berencana menggasak Kairo, meluluh lantakannya seperti Baghdad. Benteng budaya Sunni terakhir ini terancam! Akhirnya, Shajarat ad-Dur mengambil kendali. Kendalinya hanya berlangsung selama 80 hari, tapi dampaknya, tak ternafikan oleh para sejarawan, benar-benar mengubah lajur sejarah. Kekuasaan Shajarat menandai berakhirnya dinsati Ayyubiah dan naiknya dinasti para mantan budak, Mamalik. Dinasti Mamalik lah yang nantinya di bawah pimpinan Baybars mengalahkan tentara Mongol di pertempuran Ain Jalut. Kekalahan Mongol ini mematahkan mitos bahwa Mongol tidak bisa dikalahkan, sekaligus menghentikan untuk selamanya invasi Mongol ke dunia Islam. Shajarat juga berperan penting dalam kemenangan atas pasukan Salib Ketujuh di kota al-Manshurah, Mesir.
Ya begitulah, saya tidak bilang bahwa ketiga perempuan itu maksum sebab hanya Nabi saja yang maksum. Apalagi Orghana dan Shajar ad-Dur, di buku-buku sejarah ada banyak sekali narasi beragam yang membuat mereka tampak negatif. Tapi di banyak buku sejarah pun digambarkan sangat baik. Terlepas dari itu, peran keduanya disepakati oleh semua sejarawan. Dicatat dengan tinta emas bahwa di titik kritis ketika perdaban Islam terancam terhapus dari peta dunia di banyak tempat, Orghana melakukan tugas mulia di istana Chagatai nun di Tansoxiana, menyiapkan khan Muslim pertama, Shajarat ad-Dhur bermain intrik pelik demi mempertahankan stabilitas di istana Ayyubiyah dan Mamalik di Mesi. Hasil dari usaha keduanya adalah terselamatkannya perdaban Islam.
Sesungguhnya ada banyak sekali sosok perempuan penyokong peradaban Islam yang lain, sayangnya belum banyak diungkap. Karena jarang diungkap itulah kadang muncul anggapan ignoran dari mereka yang memang sudah anti-Islam sejak dalam pikiran. Ada sebuah situs bertajuk anti-shariah yang menyebut Shajar ad-Dur sebagai satu-satunya Ratu di dunia Islam hingga abad 20. Anggapan yang aneh, dia pasti jarang baca dan kurang piknik. Okeh, pesan moralnya, hei girls, Muslimah, akhwat-akhwat sedoyo.. rajinlah baca sejarah, sebab darinya kita belajar dan bercermin. Dengan itu kita tahu posisi dan peran kita. tilka ummatun qad khalad lahaa maa kasabat lakum maa kasabtum!