بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Tulisan ini memang obrolan random pemikiran-pemikiran Fakhruddin al-Razi.
Catatan yang saya tulis sambil menahan lapar di kelas ustad Adnin. Saya memutuskan
untuk menangkap ide apa saja yang beterbangan di udara. Daripada bobo
kelaparan. Dan yah.... tidak dijamin
benar, catatan ini bisa saja sesat, sebab ini Cuma pemahaman saya hahaha....
Tafsir al-Kabir milik al-Razi yg guede. |
1. Tafsir al-Kabir karya al-Razi disebut Ibnu Taimiyah, “di dalamnya
ada segala sesuatu, kecuali tafsir” Menjawab komentar skpetis ini, as-Subki
menegaskan “di dalamnya ada segala sesuatu, termasuk tafsir”. Tafsir tersebut
memang besar, pantas disbut tafsir al-Kabir. Dalam menafsirlan ayat-ayat
al-Qur’an, al-Razi memang mengeluarkan semua ilmunya sebagai pisau analisisnya
; kalam, filsafat, nahwu, fikih, dan lain-lain.
2. Hakikat sesuatu. Plato menyatakan bahwa gelas disebut gelas sebab
ia sama dengan gelas yang ada di dunia ide. Aristoteles menyatakan gelas
disebut gelas berdasarkan materi dan forma-nya yang memang merupakan gelas.
Berbeda dari mereka, al-Razi menyatakan gelas adalah gelas karena ia masih
bukan al-juz’u allati lam yatajazza’. Pendapat ini juga dianut oleh
al-Ghazali. Kedua tokoh ini memang terkenal mengakui eksistensi atom meski
berberda pendapat dengan para failasuf yang mengikuti Plato dan Aristoteles.
Al-Razi adalah tokoh yang membahas atom secara ekstensif ketika para failasuf
terlebih orang Barat masih menolak atom sebab berbeda dari Aristoteles.
3. Al-Razi dan para mutakallimin membahas atom secara ekstensif karena
ia berkaitan dengan kausalitas dan kekuasaan Allah. Mereka menggunakan teori
atom untuk menjelaskan bahwa kausa hanya berasal dari Allah ; api tidak membakar
kapas, kapas terbakar karena Allah. Para failasuf mengikuti guru-guru Yunani
menganggap api penyebab terbakarnya kapas. Di sini ada konsekuensi teologis
yang serius, kekuasaan Allah dipindah kepada makhluk. Maka para mutakallimin
termasuk al-Razi menegaksan bahwa bukan api yang menjadi penyebab, tapi Allah
dan hanya Allah.
Penjelasannya begini, Allah
itu selalu menciptakan dan dengan demikian Ia selalu ada. Allah selalu
menghancurkan sesautu sampai pada bentuk atom lalu membentuknya menjadi sesuatu
yang lain. Gelas yang sedetik lalu ada di meja lalu dipindahkan ke atas
kepalamu, telah mengalami penghancurkan dan penciptaan ulang. Gelas yang ada di
meja telah menghilang, Allah lah yang menciptakannya lagi menjadi gelas yang
ada di atas kepalamu pada detik berikutnya. Dari sinilah, konsep atom menjadi
berhubungan dengan waktu. Waktu adalah atom ; kumpulan satuan-satuan tak
terbagi yang selalu dinamis dalam
rangkaian penciptaan.
Hubungan antara konsep atom dan waktu juga menjadi sarana
pembuktian bahwa Allah itu harus ada. Begini, waktu dalam pemikiran al-Razi
juga meruapakan sesuatu yang bisa dibagi, waktu juga berada di dalam naungan
konsep atom. Bila kita berkata “sekarang” maka pada jenak ketika mulut kita
selesai menyatakannya, berarti bukan lagi “sekarang” yang tadi kita maksud (ini
juga bukti bahwa semua yang ada adalah fana, kullu man alaihaa faan).
Maka waktu adalah rangkaian “sekarang” – “sekarang” – “sekarang”, seperti
benda-benda yang merupakan rangkaian “atom” – “atom” – “atom”. Semuanya tidak
mungkin bisa terrangkai tanpa aktivitas penciptaan Allah yang terus
menerus.