بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
ust Farid Okbah (www.dakwahsatu.com) |
Pertama ; Keyakinan kita harus kuat, bahwa Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya (Islamu ya’lu wa laa yu’la). Dari sinilah terbentuk pribadi muslim yang tangguh. Mereka yang hidup untuk berjuang, bukan sekedar berjuang untuk hidup. Ingatlah sabda Rasulullah, innama al-hayata jihad wa an-niyah, hidup ini sesungguhnya hanya jihad dan tekad kuat berbuat baik.
Kedua ; Membangun
organisasi yang kuat. Perlu ada rekayasa dakwah yang jelas dari level kecil
hingga level yang kompleks. Bentuk rencananya mulai dari konseptual hingga
terperinci. Untuk membangun organisasi ini, perlu ada ar-rijal (wa
minal mukminina rijalun), mereka yang bukan sekedar muslim, biasa, tapi
muslim yang terdidik untuk berjuang. Ibn al-Qayyim al-Jauziyah
menyebutkan bahwa ar-rijal yang didik secara khusus oleh Rasulullah
hanya 199 orang tapi satu orang saja di antara mereka bisa menggerakan satu
negara. Muaz bin Jabal misalnya sendiri mengatur Yaman. Di tanah air sendiri,
kita telah menyaksikan para ar-rijal, satu orang KH. Ahmad Dahlan bisa
mengarsiteki Muhammadiyah, atau KH. Hasyim Asy’ari dengan NU, dan seterusnya. Yang
menjadi maslah adalah apabila orang-orang sepeninggal mereka, bukan lagi para ar-rijal,
mereka malah menjadi jama’ah kebingungan yang mengkultuskan rijal yang
membangun organisasi tersebut. Melenceng dari tujuan awal sang rijal sendiri.
Ketiga ; Menguasai medan
dan lapangan dakwah. Dari sinilah dibuat rencana program dan strategi dakwah
yang tepat.
Keempat ; Sumber daya
manusia berkualitas. Prioritas utama ada pada pendidikan. Perkaderan melalui
jalur pendidikan adalah salah satu komponen dasar gerakan dakwah.
Kelima Usaha ini juga meliputi pembangunan jaringan ekonomi untuk penyokong dana dan logistik untuk gerakan dakwah.
Kelima Usaha ini juga meliputi pembangunan jaringan ekonomi untuk penyokong dana dan logistik untuk gerakan dakwah.
meski sedang sakit, tetap semangat membela kebenaran |