buku pak Taufiq tentang bencana kemanusiaan akibat ideologi-ideologi "kiri" |
Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut paham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx danFriedrich Engels, sebuah manifesto politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik. Penejasan ini memang tidak memadai, ya ini cuma dari wikipedia. Tapi tujuan dari tulisan ini memang bukan berpolemik ria secara teoritis tentang komunisme atau Marxisme.
Dalam teori, faham ini tampak menggoda, tapi dalam praktik, ups, entahlah. Sebelum melangkah lebih jauh mari kita dengar ucapan Sayuti Melik "Kalau ada anak muda yang membaca Marxisme leninisme tidak tertarik, tentulah dia seorang pemuda bebal, tapi bila sampai tua dia tetap saja memegang Marxisme Leninisme, maka dia sangat bebal! "
Artinya, ideologi ini memang menggoda, tapi ia tidak memberikan masa depan yang cerah, senidah janji-janjinya. Istilahnya, mungkin semacam PHP. Itulah yang dirasakan Melik dan istrinya, SK Trimurti hingga dua komunis tua ini keluar dari PKI. Itu pulalah mungkin yang dirasakan oleh negara-negara yang dulunya memakainya sebagai ideologi resmi lalu meninggalkannya, atau yang menjadikannya sekedar gincu dan gaun macam RRC.
Sudah jamak diketahui bahwa Ideologi ini telah menjadi ideologi terlarang di Indonesia. Namun tampaknya kini orang-orang, terutama anak muda, mulai tertarik lagi dengannya. Kiri ternyata masih saja seksi. Fenomena ini dibaca oleh beberapa tokoh sehingga mereka menyerukan bahaya bangkitnya KGB. KGB bukanlah agen rahasia Soviet yang horor itu, KGB adalah Komunisme Gaya Baru.
Salah satu tokoh yang aktif menyuarakan kewaspadaan tersebut adalah penyair Taufik Ismail. Beliau sendiri pernah mengalami masa-masa kejaan PKI di Indonesia. Bukunya Tirani dan Benteng berisi puisi-puisi yang menggambarkan kehidupan di Indonesia ketika itu. Berikut ini adalah isi kuliah beliau yang ane catat. Nanti kalo sempat, slide beliau akan saya sertakan.
KGB, selalu berlindung dibalik tiga gombal agung, bahwa mereka adalah ;
1. Pejuang HAM
2. Pro demokrasi
3. Tidak anti agama
Apa kata sejarah tentang HAM versi Komunisme?
Di tanah kelahirannya sebagai sebuah gerakan nayata, Rusia, Lenin membantai 500.000 rakyat yang tidak setuju dengannya selama 1917 - 1923. Ketika Stalin naik tahta, kegagalan program pertaniannya menyebabkan 6 Juta petani Khulak mati kelaparan pada tahun 1929. 40 juta rakyat menyusul meninggal karena kegagalan program ekonomi Stalin selama tahun 1925 – 1953.
Di belakah dunia lainnya, Mao menyebabkan 50 juta orang mati kelaparan akibat program ekonominya yang gagal atau dibunuh karena melawan selama tahun 1947 – 1976. Pembantai yang lebih berdarah diningin adalah Pol Pot di Kamboja. Ia membantai 2,5 juta rakyatnya dalam kurun waktu 1975 hingga 1979. Di Eropa Timur 1 juta rakyat mati dibantai rezim komunis yang dibantu oleh Soviet selama 1950an hingga 1980an begitu pula di Amerika Latin dan Afrika. Najibullah di Afghanistan membantai 1,5 juta selama masa kekuasaannya. Jika dirata-rata, selama menjadi ideologi dominan Marxisme Maoisme Leninisme membunuh 4000 orang setiap hari selama 74 tahun di 76 negara.
Bagaimana di Indonesia? Pada 1 Oktober 1965, PKI membunuh 6 Jendral TNI meniru cara Stalin. Tokoh ini juga melakukan hal yang sama di Soviet ketika ia naik tahta. Sesungguhnya ini juga bisa dilacak sampai pada buku Marx ; “bila waktu kita tiba, kita tidak akan menutupi terorisme kita” “kami tidak punya belas kasihan dan kami tidak meminta dari sapapun rasa belas kasihan” dan lainnya. Lenin pun berkata “tidak jadi soal bila ¾ dunua habis asal sisanya adalah komunis. Untuk melaksanakan komunisme kita tidak gentar berjalan di atas 30 juta mayat” “saya senang mendengarkan musik merdu, tapi dalam masa revolusi ini, yang perlu kita lakukan adalah membelah tengkorak, menajalnakn keganasan dan berjalan di dalam lautan darah”
Bila dicari lagi, sesungguhnya ideologi ini memang berdiri di atas prinsip “tujuan menghalalkan cara” ada 19 kekejian yang boleh dilakukan demi kepentingan mereka, sebagaiama disebutkan di dalam petunjuk partai. Lalu dimana moralitas Palu Arit? Lenin ; kami komunis menolak semua moralitas yang digali dari konsep bukan manusia dan bukan klas. Kami tidak percaya pada moralitas abadi. Kata-kata ini membuktikan bahwa Palu Arit adalah penghancur Hak Azasi Manusia.
Dusta berikutnya adalah mereka “Pro Demokrasi” apakah demikian?
Mari kita dengarkan Mikhail Tomsky, tokoh buruh Rusia Soviet di dalam Majalah Trud ; kami mengijinkan partai-partai lain, tapi mereka semua berada di alam penjara. Stalin telah menegaskan bahwa partai berkuasa dalam Kediktatoran Proletariat tidak memiliki kesempatan. Hal ini telah terbukti dengan tidak adanya pemilu atau cuma pemilu palsu di negara-negara Komunis. Memang ada yang absurd, mana mungkin ada demokrasi tapi juga diktator diamana satu presiden berkuasa selama puluhan tahun. Dari Castro di Kuba hingga Ceauscescu di Romania, presiden-presiden Komunis berkuasa dari 20 hingga 40 tahun.
Lalu bagaimana tentang klaim mereka bahwa Komunisme tidak anti-agama? Ucapan tokoh-tokoh mereka telah menjadi bukti bahwa semua itu hanya tipuan. Mulai dari Marx hingga Lenin jelas-jelas menganggap agama sebagai sesuatu yang buruk. Lenin jelas-jelas berharap petani Soviet menyembah listrik saja ketimbang menyembah Tuhan.
Bagaimana dengan tokoh-tokoh Islam-Komunis? Sebutlah Haji Misbach, Datuak Batua, dan Haji Adnan? Mereka tertarik karena termakan oleh propoganda program bagi kaum duafa ; para petani dan buruh miskin. Semua itu adalah cerita dari tahun 20-an, tiga ulama itu belum mendengar banyak tentang Komunisme baik dalam teori apalagi kiprah mereka membantai manusia termasuk kaum muslimin di berbagai belahan bumi. Pada tahun –tahun itu bahkan ada ratusan ribu umat Islam yang masuk PKI karena terpesona propoganda pro rakyat kecil.
Andai saja mereka telah mendengarkan ucapan Lenin tentang agama, apakah mungkin tokoh-tokoh agama masih sudi megaitkan diri pada Komunisme? Apalagi bila mereka telah mengetahui perihal “Liga Militan Ateis” dan program pembersihan agama dalam program lima tahunan itu? Bagaimana pula dengan 140 Juta eksemplar publikasi ateisme yang mereka terbitkan? Ya, tentu saja semua ini tidak, sama sekali tidak anti terhadap agama.
Haji Misbach atau Haji Adnan bahkan cukup beruntung tidak termasuk di dalam tokoh-tokoh agama yang disembelih Komunis. Masjid mereka mungkin tidak masuk ke dalam 99,015 % Masjid yang dihancurkan. Dari 30.000 Masjid di Soviet, tersisa 450 saja. Gereja masih agak “beruntung”, dari 10.000 tersisa 1000. Tapi saya yakin teman-teman Kristen tiadk akan menganggap hal itu bukti bahwa Komunisme memang tidak anti-agama.
Lalu bagaimana kini? Mungkin ada baiknya kita dengarkan ucapan Sayuti Melik, seorang komunis tua yang lalu meninggalkan keyakinan yang pernah diyakininya itu. Pak Yuti telah menegaskan “gerakan komunis di mana pun juga tidak akan berhenti hanya karena partai atau organisasinya dilarang.” Ya tentu saja mereka tidak akan pernah berhenti sebab itu telah termaktub di dalam Manifesto Komunis. Dokumen yang ditulis oleh dua pemuda yang banyak diidolakan orang itu ; Marx dan Engels, juga di dalam dokumen Zagladin. Di dalam Manifesto jelas-jelas disebutkan bahwa tujuan gerakan-ideologi ini adalah merebut kekusaan politik di setiap negara dan hanya dapat dicapai dengan kekerasan (p 77).
Zagladin memerincinya, mungkin agar lebih mudah diamalkan ; perebutan kekausaan dengan senajta, pemberontakan bersenjata, kekerasan dalam merebut kekuasaan, kekuatan revolusioner untuk pemberontakan bersenjata, bentuk perjuagan secara damai atau tidak damai legal atau tidak legal, keahlian mengombinasikan cara damai dan konflik serta legal dan tidak legal. (p 142 – p 153). Mereka mulai bangkit lagi, maka perhatikan sekelilingmu, taktik mana yang sedang mereka pakai? Bila masih terlihat damai dan legal maka tunggulah saatnya konflik dan cara-cara ilegal terjadi.
Untuk mewujudkan tujuannya, mereka membutuhkan empat syarat sebagai “ragi” revolusi. Hukum harus tidak tegak dengna baik, sitausi hendaknya kacau hingga massa mudah mengmuk bila dihasut, korupsi merajalela, dan jarak antara orang-orang msikin dan orang kaya menjadi sangat jauh. Bila empat syarat ini ada, maka Palu Arti akan menemukan jalannya pada kekuasaan dengan sangat mulus. Coba lihat sekelilingmu! Apakah empat syarat ini sudah terwujud? Apalagi bila melihat teknologi IT yang perkembangannya sungguh luar baisa. Agitasi menadi sangat mudah, kebencian yang diap meledak menjadi tsunami merah Komunis menggantung di langit kita.
Jangan remehkan mereka! Palu Arit sangat berpengalaman dalam percobaan Coup de Etat. Apalagi Palu Arit pribmui, Komunis Indonesia. Tidak seperti di belahan bumi lainnya diamana percobaan yang gagal sekali sangat jarang diulang, di Indonesia kegigihan mereka sungguh mengagumkan. Beberapa kali gagal, mereka tidak menyerah. Gagal pada masa Kolonial, mereka kembali pada masa Revolusi. Gagal pada masa Revolusi, mereka mencoba lagi di akhir Orde Lama.
Selama Orde baru mereka tiarap tapi tetap membara, bahkan putra-putrinya turut serta mendidihkan tungku reformasi.Maka tidak mustahil mereka akan kembali mencoba pada era reformasi ini. Apalagi senior-senior mereka masih ada untuk menyemangati dan betapa banyak pemuda yang mabuk intelektual sebab gemar menenggak buku Kiri. Hasrat mereka menggelegak, sebab kiri memang konon seksi. Maka, pantaskah kita lengah?
Sesi Tanya-Jawab
1 . Mengapa Komunisme rontok sedang Kapitalisme masih hidup?
saya tidak ahli dalam sejarah ideologi. Tapi kenyataan bahwa komunisme memang sudah tidak laku lagi di dunia, itu memang terjadi. Kini tinggal RRC, Vietnam, Korut dan Kuba yang masih jelas-jelas mengaku Komunis. Meski praktik mereka sudah keluar dari garis Marx dan Lenin. Kesuksesan RRC sama sekali bukan karena mengamalkan komunisme. Di tirai bambu, komunisme tinggal nama. Vietnam, dan Korut juga demikian. Tinggal Kuba yang setia pada garis Komunisme, tapi lihatlah mereka melarat.
2. Bagaimana dengna orang-orang Merah yang juga terbantai, bukankan mereka juga korban?
Mereka adalah rakyat lugu yang terhasut, dan mati sebab revolusi gagal kaum komunis. Mulai dari agitasi 1926 melawan pemerintah kolonial yang memang tidak disetujui Tan Malaka tapi direstui Stalin. Mereka mati dibawah tulah restu Stalin dan kecerobohan komunis pribumi. Tan Malaka murka lalu membentuk Murba, dimana ia memegang teguh Marxisme tapi masih agak sayang kepada agama. Muso selamat dari tragedi ini.
Tahun 48, Muso kembali mencoba merebut Indonesia. Pada masa inilah ia menyembelih Kiyai-kiyai terhormat di tanah Jawa. Umat Islam disapu bersih, pesantren dan kampung-kampung kaum muslimin diterjang tsunami merah yang mengerikan. Ulama yang kita cintai sebagai pewaris Nabi, disembelih dengan cara keji dan kejam. Ketika NKRI sedang berjuang melawan agresi Belanda yang dibantu Sekutu, Muso si komunis menikam dari belakang. Pemberontakan ini gagal, tokohnya ditangkap ditembak mati, tapi Aidit berhasil lari. Tan Malaka terbunuh (pak Taufiq mengucapkan ini dengan nada sedih, Tan Malaka seharusnya tidak mati. )
Tapi ketika akhirnya kita merdeka 100% pasca KMB di Den Hagh, kita semua bahagia, saking bahagianya PKI diampuni. PKI dimaafkan. Adit pulang kampung dan meniupkan dusta bahwa pemberontakan Madiun adalah fitnahnya Hatta. Mereka tumbuh lagi, dengan niat untuk kembali merebut kekuasaan. Untung diperalat agar pemberontakan 65 yang akhirnya meledak itu terlihat seperti kudeta Militer, bukan pemberontakan PKI.
Siapa sasaran utama dalam pemberontakan kali ini? Tentu saja elemen Islam dan Angkatan Darat. Maka 7 Perwira anti PKI dihabisi. Ketika berita ini meledak, warga menjadi panik, kenangan pembantaian 48 muncul lagi! Maka rakyat yang elemen utamanya adala umat Islam menyerang orang-orang Komunis sebelum komunis menyerang seperti tahun 48. Ini adalah tragedi, kita harus adil kepada rakyat yang mati dalam katastropi ini. Tapi tidak benar sama sekali bila umat Islam dipojokan. Bagaimana dengan umat Islam yang juga tewas? Kita tidak boleh lupa kepada Kiyai-kiyai yang disembelih! Siapa yang meledakkan katastropi yang berujung tragedi ini?
3. Apa yang hendak dibentuk Komunisme internasional?
Bila dilihat dari manifesto, jelas mereka ingin menguasai dunia. Mereka ingin agar ideologinya berkuasa di seluruh dunia!
4. Apakah kemungkinan Komunisme bisa bangkit lagi dan menggantikan Kapitalisme sebagai penguasa peradaban?
Untuk saat ini, terlihat tidak akan bisa lagi. Ah, saya akan bercerita tentang SK Trimurti, istri Sayuti Melik. Beliau adalah komunis, pendiri Gerwani dan mentri perburuhan pertama dalam sejarah Indonesia. Ia diundang oleh negara-negara blog Komunis dan menghabiskan 2 tahun di Eropa Komunis. Begitu beliau pulang, ia langsung mengumumkan keluar dari PKI. Mendengar itu, Aidit lari dari kantornya ke rumah Trimurti. Ia tentu bingung dan heran, kaget bukan buatan. Komunis tua itu pun berujar pilu tapi juga lega
“Dit, dua tahun aku melihat praktek Komunisme. Semuanya penuh dengan kepalsuan! Aku harus keluar dari PKI”
Kejadian ini terjadi 6 bulan sebelum Gestapu. Beliau tentu saja tidak ditangkap ketika kejadian itu terjadi. Beliau bersama sang suami selamat. Memang untuk konteks dunia, kita tidak khawatir, tapi untuk Indoensia kita masih perlu waspada.