بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Ditengah
kecamuk pembantaian di Palestina, beragam pertanyaan tentu menyerang
kesadaran setiap manusia yang masih memiliki rasa kemanusiaan di dalam
dirinya : kapan semua ini berakhir?. Ya ini adalah pertanyaan
yang akan ditanyakan oleh semua orang, tak peduli apakah ia seorang
Kristen, Muslim, Yahudi (non-Zionis), atau atheis sekalipun, tak
memandang apakah ia seorang Arab, Indonesia, Eropa, (etnis) Yahudi,
selama ia masih memandang dengan kaca mata kemanusiaan.
Untuk menjawab pertanyaan ini, salah satu yang bisa kita lakukan adalah mengintip isi kepala generasi dari dua kubu yang berseteru, terutama dari pihak penginvasi. Alasannya jelas, merekalah yang kelak akan menjadi penerus pemegang kendali negara Israel, kemana arah konflik ini sedikit banyak dipengaruhi oleh cara mereka melihat diri mereka, orang-orang Palestina, doktrin the promised land, dan penggunaan kekerasan.
Untuk menjawab pertanyaan ini, salah satu yang bisa kita lakukan adalah mengintip isi kepala generasi dari dua kubu yang berseteru, terutama dari pihak penginvasi. Alasannya jelas, merekalah yang kelak akan menjadi penerus pemegang kendali negara Israel, kemana arah konflik ini sedikit banyak dipengaruhi oleh cara mereka melihat diri mereka, orang-orang Palestina, doktrin the promised land, dan penggunaan kekerasan.
Elhanan dan bukunya yang mengungkap sistem pendidikan Israel |
Hasinya mencengangkan, atau malah mudah ditebak. Penelitian yang dilakukan ditengah menggeloranya Intifadah yang telah ‘merepotkan’ Israel semalama 11 bulan itu dimuat di koran ternama Israel Maarev edisi 26 Agustus 2001 Israel (Zaenal, 2006 : 25). Dan inilah beberapa surat imajiner anak Israel kepada rekan-rekan mereka dari Palestina ;
Seorang gadis kecil berusia 9 tahun
menulis surat kepada seoang bocah Palestina yang dihayalkannya bernama
Muhammad, isi surat tersebut ;
Saya akan menanyaimu tentang sesuatu yang tidak bisa saya pahami. Apakah kamu akan menjawabku? Kenapa kamu selalu terlihat baik-baik dan tampan padahal kalian kelihatan berkulit gelap, rakus, dan berbau? Kenapa kalau saya keluar dari rumah dan mencium bau busuk, saya selalu menoleh dan mendapati bahwa salah satu dari kalian lewat di dekatku?
Seorang bocah Israel mengirim kepada anak Palestina yang juga dibayangkannya bernama Muhammad :
Kepada Muhammad yang berbisa… saya mengharap kamu mati. Shalom untukku, dan tidak untukmu.
Anak Israel yang lain menulis kepada anak Palestina yang direkanya bernama Yaser ;
Wahai Arab, wahai brengsek, dan goblok… kalau saya melihat kamu dekat rumah kami, saya akan meminum darahmu, wahau Yaser.
Surat yang paling memprihatinkan dan
membaut kita merasa kasihan kepada bukan hanya rakyat Palestina tapi
juga anak-anak Israel adalah surat yang ditulis oleh seorang putri
berusia 8 tahun kepada anak Palestina rekaannya yang dibayangkannya juga
berusia sama :
Sharon akan membunuh kalian dan penduduk kampung … dan jari-jari kalian dengan api. Keluarlah dari dekat rumah kami wahai monyet betina. Kenapa kalian tidak kembali ke tempat di mana kalian datang? Kenapa kalian mau mencuri tanah dan rumah kami? Saya persembahkan untukmu gambar ini supaya kamu tahu apa yang akan dilakukan Sharon pada kalian. Ha…ha…ha…
Gambar yang ditunjukkan bocah itu tidak
lain adalah gambar Sharon dengan kedua tangannya membawa dua kepala anak
Palestina yang berlumuran darah.
Mengapa anak-anak Israel itu bisa menulis surat bernada demikian kepada anak-anak Palestina? Jawabannya mungkin adalah sistem pendidikan mereka yang memang mengarahkannya demikian. Nurit Peled-Elhanan Seorang Profesor Bahasa dan Pendidikan dari Universitas Hebrew pernah melakukan penelitan terhadap materi ajar di sekolah-sekolah Israel lalu menuliskannya di dalam sebuah buku berjudul Palestine in Israeli Schoolbooks : Idealogy and Propoganda In Education. Di dalam sebuah wawancara yang diunggah ke situs Youtube, Elhannan menyampaikan isi bukunya yang terbit November 2011 lalu itu. Ia menyampulkan bahwa buku-buku teks (textbooks) yang digunakan di sekolah-sekolah Israel dipenuhi dengan ideologi pro-Israel, dan konten buku-buku tersebut berperan besar dalam menggiring anak-anak Israel untuk mengikuti pelayanan militer terhadap negara.
Elhanan menganalisa tampilan dari gambar-gambar, peta, bahkan tata letak buku dan penggunaan gaya bahasa di dalam buku-buku pelajaran Sejarah, Geografi, dan Kewarga negaraan. Hasil analisisnya itu menunjukan bagaimana buku-buku tersebut memarginalisasi orang-orang Palestina, memberikan legitimasi kepada tindakan-tindakan militer Israel dan memperkuat identitas teritorial Yahudi-Israel.
Jadi jika kita melihat tindakan-tindakan biadab dari serdadu yang disebut penyanyi Rap Inggris Lowkey sebagai soulless soldiers dari kesatuan tentara Israel tidaklah mengherankan meskipun memang mengerikan. Hal tersebut adalah bukti berhasilnya sistem pendidikan di negara Israel. Dan jika kita bertanya apakah mereka tidak memiliki rasa kemanusiaan? Jawabannya mungkin bisa ditelusuri pada klasifikasi manusia menurut Talmud, kaum Yahudi adalah manusia seutuhnya, sedangkan manusia lain termasuk Arab-Palestina adalah kaum ghoyim. Ghoyim itu bukan manusia, jadi tidak butuh perlakuan manusiawi, sebagaiamana kita yang bisa dengan enteng menyembelih ayam potong.
Terakhir, tulisan ini bukannya hendak menyebar rasa benci, sekedar berupaya memberkan jawaban terhadap pertanyaan tadi ; sampai kapan semua pembantaian itu berlangsung? Tampaknya jawabannya adalah keberhasilan sistem pendidikan Israel mewariskan semangat semboyan Manachem Begin “aku berperang maka aku ada” maka petaka ini akan terus berlangsung hingga Allah Yang Maha Adil memenangkan pihak yang berhak menang.
Mengapa anak-anak Israel itu bisa menulis surat bernada demikian kepada anak-anak Palestina? Jawabannya mungkin adalah sistem pendidikan mereka yang memang mengarahkannya demikian. Nurit Peled-Elhanan Seorang Profesor Bahasa dan Pendidikan dari Universitas Hebrew pernah melakukan penelitan terhadap materi ajar di sekolah-sekolah Israel lalu menuliskannya di dalam sebuah buku berjudul Palestine in Israeli Schoolbooks : Idealogy and Propoganda In Education. Di dalam sebuah wawancara yang diunggah ke situs Youtube, Elhannan menyampaikan isi bukunya yang terbit November 2011 lalu itu. Ia menyampulkan bahwa buku-buku teks (textbooks) yang digunakan di sekolah-sekolah Israel dipenuhi dengan ideologi pro-Israel, dan konten buku-buku tersebut berperan besar dalam menggiring anak-anak Israel untuk mengikuti pelayanan militer terhadap negara.
Elhanan menganalisa tampilan dari gambar-gambar, peta, bahkan tata letak buku dan penggunaan gaya bahasa di dalam buku-buku pelajaran Sejarah, Geografi, dan Kewarga negaraan. Hasil analisisnya itu menunjukan bagaimana buku-buku tersebut memarginalisasi orang-orang Palestina, memberikan legitimasi kepada tindakan-tindakan militer Israel dan memperkuat identitas teritorial Yahudi-Israel.
Jadi jika kita melihat tindakan-tindakan biadab dari serdadu yang disebut penyanyi Rap Inggris Lowkey sebagai soulless soldiers dari kesatuan tentara Israel tidaklah mengherankan meskipun memang mengerikan. Hal tersebut adalah bukti berhasilnya sistem pendidikan di negara Israel. Dan jika kita bertanya apakah mereka tidak memiliki rasa kemanusiaan? Jawabannya mungkin bisa ditelusuri pada klasifikasi manusia menurut Talmud, kaum Yahudi adalah manusia seutuhnya, sedangkan manusia lain termasuk Arab-Palestina adalah kaum ghoyim. Ghoyim itu bukan manusia, jadi tidak butuh perlakuan manusiawi, sebagaiamana kita yang bisa dengan enteng menyembelih ayam potong.
Terakhir, tulisan ini bukannya hendak menyebar rasa benci, sekedar berupaya memberkan jawaban terhadap pertanyaan tadi ; sampai kapan semua pembantaian itu berlangsung? Tampaknya jawabannya adalah keberhasilan sistem pendidikan Israel mewariskan semangat semboyan Manachem Begin “aku berperang maka aku ada” maka petaka ini akan terus berlangsung hingga Allah Yang Maha Adil memenangkan pihak yang berhak menang.
Wawancara Elhanna dapat dilihat di :
link lain yang relevan :
http://www.wrmea.org/wrmea-archives/179-washington-report-archives-1994-1999/september-1999/9609-israeli-textbooks-and-childrens-literature-promote-racism-and-hatred-toward-palestinians-and-arabs.html
http://electronicintifada.net/content/book-review-how-israeli-school-textbooks-teach-kids-hate/11571
Makasih infonya Mas.. saya bantu sebarkan..
BalasHapusya makasih juga mas dah bantu nyebarin.. smoga jadi amal ibadah
BalasHapus