بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Piala Dunia telah berakhir, ia
pergi dan meninggalkan beberapa cerita pilu. Sebagian orang menyayangkan
kesediaan Brazil menjadi tuan rumah perhelatan mewah itu sementara rakyatnya
mati kelaparan. Ada pula orang-orang yang menangisi kekalahan telak tim Samba
dari Jerman. Tapi ada satu kisah pilu yang hanya dirasakan oleh seorang saja
dan bahkan orang-orang lain justru menertawakannya. Kisah itu adalah nasib sial
seorang gadis cantik asal Belgia bernama Axelle Despiegelaere. Cerita sial
Axelle bermula saat wajahnya yang ayu tersorot kamera usil televisi
resmi Piala Dunia. Gadis pirang itu tampak sedang menari-nari memberikan
dukungan kepada tim favoritnya, Belgia. Berkat tayangan itu, nama Axelle
langsung meroket dan menjadi pembicaraan di dunia maya. Ia bahkan langsung
membuat laman resmi di situs pertemenan maya Facebook.
Pesona Axelle juga menarik perhatian L’oreal, perusahaan kosmetik
raksasa itu. Mereka menawarkan kontrak menjadi model, sebuah tawaran
menggiurkan dan tentu saja langsung disambar oleh Axelle. Tapi keberuntungan Axelle ternyata tidak
bertahan lama. Bahkan sangat singkat. Hanya dalam tempo beberapa hari saja
kontrak itu dibatalkan oleh L’Oreal, pupus sudah mimpi gadis itu. Ia bahkan
jadi bahan olokan di dunia maya dan menjadi korban bulan-bulanan cyberbully.
L’Oreal membatalkan kontrak Axelle sebab ia memajang fotonya yang dengan
gagah memegang senapan di samping bangkai seekor rusa Gazelle hasil buruannya.
Perusahaan kecantikan itu menganggap tindakan Axelle sangat kejam dan tidak
terpuji. Publik pun menilai demikian. Bahkan tidak sedikit hujatan dan makian
ia terima. Hasilnya, laman Facebook Axelle ditutup. Alih-alih menjadi
model, kini Axelle malah menjadi simbol kesialan dan dihujat sebagai gadis
bodoh, pemburu binatang yang kejam.
Kasus Axelle ini sesungguhnya
adalah contoh paling terang betapa hipokritnya masyarakat Barat dengan segala
gombal humanismenya. L’Oreal mendapatkan tepuk tangan meriah dari publik Barat
dan organisasi pecinta linngkungan seperti PETA atas keputusan tersebut.
L’Oreal dianggap memegang teguh komitmennya untuk melestarikan binatang. Mereka lupa, atau pura-pura lupa, bahwa di
waktu yang sama L’Oreal sebenarnya adalah pendukung aktif dari pembantaian
terburuk di dunia atas ras manusia. L’Oreal adalah salah satu dari banyak
perusahaan yang aktif memdukung negara jagal Israel. Perusahaan kosmetik
raksasa ini pertama kali membuka cabangnya di Israel pada pertengahan tahun
90-an, sejak itu perusahaan ini menjadi salah satu penyumbang pundi-pundi
perang Israel. Menurut analisis tim Electronic Intifada, sebuah kelompok media
pro-Palestina berbasis internet, keberadaan L’Oreal di Israel juga dilatar
belakangi motivasi politis. Pemimpin perusahannya ketika itu, Lindsaw
Owen-Jones telah berjanji untuk terus mendukung Israel kepada Anti-Defamation
League (ADL) grup lobi pro-Israel yang berbasis di Amerika Serikat.

baca lanjut... :
http://electronicintifada.net/content/boycott-loreal-makeup-israeli-apartheid/887