makna Ramadhan berdasarkan huruf |
Bismillah, . Ramadhan tiba Ramadhan tiba Ramadhan tibaaa.. tiba-tiba Ramadhaan....
Ramadhan tiba tibaaaa
Di bulan yang suci ini, saya yang kotor nista penuh dosa
berikhtiyar untuk mencari perhatian Allah ta’ala, yah carper lah istilah
kerennya. Caranya dengan mengajak siapapun yang kebetulan membaca blog ini
untuk mengkaji firman-Nya nan mulia, tepatnya ayat-ayat puasa (al-Baqarah
184-187) via Tafsir Ayat al-Ahkam karya Mbah Muhammad ‘Ali As-Shabuni. Tidak
semua si, saya hanya memilih hal-hal yang sekiranya menarik, setidaknya menurut
saya sendiri hehe. Humm, tidak usah belama-lama. Mari kita cekitot-cekitut.
Tapi sebelumnya, tampilkan dulu ayat yamg mau kita kaji ;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿١٨٣﴾ أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ ۚ وَأَن تَصُومُوا خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿١٨٤﴾ شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿١٨٥﴾ وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ ﴿١٨٦﴾ أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ ﴿١٨٧﴾
Hummm, sepertinya, arti Bahasa Indonesia dari ayat-ayat di
atas sudah diketahui ya oleh semuanya. Yang
belum silakan buka al-Qur’an terjemahan atau gugel sekalian :D. Biar
lebih singkat, kita langsung ke kajian kebahasaannya dulu karena memang
begitulah kebiasaan Mbah Ali as-Shabuni, sebelum mengkaji hukum-hukumnya beliau
selalu menerangkan makna-makna terdalam dari beberapa kosa kata pada kelompok
ayat yang sedang dibahas. Termasuk kelompok ayat puasa ini. wokey... lets do it
الصِّيَامُ (as-Shiyaam),secara
bahasa berarti menahan dari melaukan sesuatu, bisa juga berarti meninggalkan
suatu perkara. Maka kata shiyam juga digunakan untuk menggambarkan kuda
yang dihentikan sehingga tidak berjalan atau angin yang berhenti bertiup. Itu
arti secara etimologisnya, sampai disini penggunaan kata “puasa” tampaknya
benar dan sepadan dari segi etimologisnya saja. Puasa berasal dari bahasa Sansekerta, dan mungkin
merupakan istilah Hindu, yakni “upa” dan “wasa” yang artinya menahan diri. Namun
secara terminologi syar’i, kata “puasa” tidak menampung penuh makna
“as-Shiyam”, karena secara Syar’i ia bermakna menahan diri dari makan,
minum, dan berhubunga suami istri dari terbitnya fajar hingga terbenam matahari
dengan disertai niat. Ada pula yang menambahkan kalimat ; dengan
disertai menghindari hal-hal yang dilarang dan mencegah diri terjatuh kedalam
perkara-perkara haram. So ada unsur-unsur khusus seperti batasan waktu atau
niat ikhlas yang tidak ditampung dalam kata upa wasa. Wallahu ‘alam.
Kata selanjutnya adalah شَهْرُ
(syahru), dalam bahasa Indoensia kata ini sering diartikan ‘bulan’. Keterbatasan
kosa kata Bahasa Indonesia membuat banyak orang kadang salah kaprah terhadap
makna kata syahru, mereka kadang mengira kata ini berarti bulan dalam
pengertian fisik yang dalam bahasa Inggris disebut moon, padahal makna
sebenarnya adalah bulan dalam pengertian satuan waktu. Dalam bahasa Inggris
padanannya adalah month. Seorang teman
pernah mendebat saya dengan begitu yakni bahwa penentuan awal Ramdadhan memang
harus memakai metode melihat langsung. Dalilnya adalah fa man syahida minkum
asy-syahra fal ya sumhu ; barang siapa diantara kalian yang menyaksikan
bulan, maka berpuasalah. Dia begitu yakin, padahal dia salah kaprah.
Karena pengertian syahida bukan menyaksikan dalam arti melihat tapi
berarti “mengalami” atau “berdapa di dalam”.
Trus, kata asy-Syahr juga berarti satuan waktu bukan bulan fisik.
Hehe. Bahkan dosen saya pernah bercerita
tentang seorang guru besar yang meyakini malam lailatul qadar itu pasti sangat
cerah karena “lebih baik dari seribu bulan, khairun min alfi syahr”.
Ahaha..
Kata شَهْرُ
sendiri sebenarnya aslinya bermakna terkenal, atau nampak jelas. Ia seakar
dengan kata masyhur yang sudah diserap ke dalam Bahasa Indonesia. Mengapa
satuan waktu ini disebut terkenal, dikenal atau nampak jelas? Sebagian mufassir
seperti Mbah al-Alusi, menyatkan bahwa satuan bulan termasuk Ramadhan disebut syahr
(terkenal, jelas, dikenal) karena semua orang mengenal dan
mengetahuinya sebab ia adalah satuan waktu tertentu untuk melaksanakan ibadah
tertentu pula. Ada bulan-bulan khusus haji, khusus puasa dan seterusnya. Jadi jika
syahr-nya tidak jelas awal dan akhirnya seperti di republik kita ini,
mungkin ia tidak pantas disebut syahr J .
Terakhir untuk kajian kebahasaan
ini adalah nama dari bulan suci, hadiah terindah bagi umat Muhammad saw ; رَمَضَانَ. Ar-Raghib
al-Asfahani, salah satu ahli bahasa paling keren menjelaskan bahwa kata ini
sejatinya berarti ‘terik matahari yang sangat panas’. Karena sengatan matahari sangat panas (ini ukuran orang yang tinggal di gurun pasir lho)
maka ia kadang bisa sampai membakar sesuatu. Penamaan bulan ini juga ternyata
ada kaitannya dengan makna etimologis kata Ramadhan. Ash-Shabuni
menyebutkan bahwa bulan penuh ampunan ini disebut Ramadhan karena ia membakar semua
dosa-dosa kita. (amin)..
sampai jumpa di kajian berikutnya....