Headlines News :
Made by : MF-Abdullah @ Catatan
Home » , » Kajian Tafsir Ayat-Ayat Puasa #1 ; Makna Kebahasaan

Kajian Tafsir Ayat-Ayat Puasa #1 ; Makna Kebahasaan

Written By apaaja on Selasa, 09 Juli 2013 | 20.39.00

makna Ramadhan berdasarkan huruf
Bismillah, . Ramadhan tiba Ramadhan tiba Ramadhan tibaaa.. tiba-tiba Ramadhaan.... Ramadhan tiba tibaaaa

Di bulan yang suci ini, saya yang kotor nista penuh dosa berikhtiyar untuk mencari perhatian Allah ta’ala, yah carper lah istilah kerennya. Caranya dengan mengajak siapapun yang kebetulan membaca blog ini untuk mengkaji firman-Nya nan mulia, tepatnya ayat-ayat puasa (al-Baqarah 184-187) via Tafsir Ayat al-Ahkam karya Mbah Muhammad ‘Ali As-Shabuni. Tidak semua si, saya hanya memilih hal-hal yang sekiranya menarik, setidaknya menurut saya sendiri hehe. Humm, tidak usah belama-lama. Mari kita cekitot-cekitut. Tapi sebelumnya, tampilkan dulu ayat yamg mau kita kaji ;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿١٨٣﴾ أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ ۚ وَأَن تَصُومُوا خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿١٨٤﴾ شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿١٨٥﴾  وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ ﴿١٨٦﴾ أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ ﴿١٨٧﴾

Hummm, sepertinya, arti Bahasa Indonesia dari ayat-ayat di atas sudah diketahui ya oleh semuanya. Yang  belum silakan buka al-Qur’an terjemahan atau gugel sekalian :D. Biar lebih singkat, kita langsung ke kajian kebahasaannya dulu karena memang begitulah kebiasaan Mbah Ali as-Shabuni, sebelum mengkaji hukum-hukumnya beliau selalu menerangkan makna-makna terdalam dari beberapa kosa kata pada kelompok ayat yang sedang dibahas. Termasuk kelompok ayat puasa ini. wokey... lets do it
الصِّيَامُ (as-Shiyaam),secara bahasa berarti menahan dari melaukan sesuatu, bisa juga berarti meninggalkan suatu perkara. Maka kata shiyam juga digunakan untuk menggambarkan kuda yang dihentikan sehingga tidak berjalan atau angin yang berhenti bertiup. Itu arti secara etimologisnya, sampai disini penggunaan kata “puasa” tampaknya benar dan sepadan dari segi etimologisnya saja. Puasa  berasal dari bahasa Sansekerta, dan mungkin merupakan istilah Hindu, yakni “upa” dan “wasa” yang artinya menahan diri. Namun secara terminologi syar’i, kata “puasa” tidak menampung penuh makna “as-Shiyam”, karena secara Syar’i ia bermakna menahan diri dari makan, minum, dan berhubunga suami istri dari terbitnya fajar hingga terbenam matahari dengan disertai niat. Ada pula yang menambahkan kalimat ; dengan disertai menghindari hal-hal yang dilarang dan mencegah diri terjatuh kedalam perkara-perkara haram. So ada unsur-unsur khusus seperti batasan waktu atau niat ikhlas yang tidak ditampung dalam kata upa wasa. Wallahu ‘alam.
Kata selanjutnya adalah شَهْرُ (syahru), dalam bahasa Indoensia kata ini sering diartikan ‘bulan’. Keterbatasan kosa kata Bahasa Indonesia membuat banyak orang kadang salah kaprah terhadap makna kata syahru, mereka kadang mengira kata ini berarti bulan dalam pengertian fisik yang dalam bahasa Inggris disebut moon, padahal makna sebenarnya adalah bulan dalam pengertian satuan waktu. Dalam bahasa Inggris padanannya adalah month.  Seorang teman pernah mendebat saya dengan begitu yakni bahwa penentuan awal Ramdadhan memang harus memakai metode melihat langsung. Dalilnya adalah fa man syahida minkum asy-syahra fal ya sumhu ; barang siapa diantara kalian yang menyaksikan bulan, maka berpuasalah. Dia begitu yakin, padahal dia salah kaprah. Karena pengertian syahida bukan menyaksikan dalam arti melihat tapi berarti “mengalami” atau “berdapa di dalam”.  Trus, kata asy-Syahr juga berarti satuan waktu bukan bulan fisik. Hehe.  Bahkan dosen saya pernah bercerita tentang seorang guru besar yang meyakini malam lailatul qadar itu pasti sangat cerah karena “lebih baik dari seribu bulan, khairun min alfi syahr”. Ahaha..
Kata شَهْرُ sendiri sebenarnya aslinya bermakna terkenal, atau nampak jelas. Ia seakar dengan kata masyhur yang sudah diserap ke dalam Bahasa Indonesia. Mengapa satuan waktu ini disebut terkenal, dikenal atau nampak jelas? Sebagian mufassir seperti Mbah al-Alusi, menyatkan bahwa satuan bulan termasuk Ramadhan disebut syahr (terkenal, jelas, dikenal) karena semua orang mengenal dan mengetahuinya sebab ia adalah satuan waktu tertentu untuk melaksanakan ibadah tertentu pula. Ada bulan-bulan khusus haji, khusus puasa dan seterusnya. Jadi jika syahr-nya tidak jelas awal dan akhirnya seperti di republik kita ini, mungkin ia tidak pantas disebut syahr J .
Terakhir untuk kajian kebahasaan ini adalah nama dari bulan suci, hadiah terindah bagi umat Muhammad saw ; رَمَضَانَ. Ar-Raghib al-Asfahani, salah satu ahli bahasa paling keren menjelaskan bahwa kata ini sejatinya berarti ‘terik matahari yang sangat panas’.  Karena sengatan matahari sangat panas (ini  ukuran orang yang tinggal di gurun pasir lho) maka ia kadang bisa sampai membakar sesuatu. Penamaan bulan ini juga ternyata ada kaitannya dengan makna etimologis kata Ramadhan. Ash-Shabuni menyebutkan bahwa bulan penuh ampunan ini disebut Ramadhan karena ia membakar semua dosa-dosa kita. (amin)..
    
 sampai jumpa di kajian berikutnya....
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Santri Cendekia - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template