بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Kami kembali lagi, setelah sekian minggu tidak update. Semoga postingan kali ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya, juga tentu saja bagi yang menulisnya. Kali ini kita akan belajar tentang Syaikh Nawawi al-Bantani.
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Umar Nawawi al-Jawi al-Bantani. Ulama yang dikenal sebagai pembesar Syafi'iyah dari tanah Jawa ini merupakan ulama
asal Nusantara yang mungkin sudah sangat jamak kita dengar nama dan kiprahnya. Salah
satu karyanya yang cukup terkenal adalah Tafsir Marah Labid li Kasyfi Ma’na
al-Qur’an al-Majid. Saya sendiri sudah lama mendengarkan tentang kitab
tafsir ini, meski demikian saya baru punya kesempatan untuk membacanya
sekarang, thanks to Maktabah Syamilah veris android dan HP Cina kesayangan
hehe. Postinga kali ini, saya hanya menyadur penjelasan Syaikh Nawawi
al-Bantani yang sangat baik mengenai surah al-Fatihah di dalam tafsir tersebut.
mari belajar!
Surah al-Fatihah termasuk surah al-Makiyah,
yakni termasuk wahyu yang diturunkan di kota Mekah, atau pada periode dakwah
Mekah. Surah ini terdiri dari tujuh ayat, 27 kata, 143 huruf. Menurut Syaikh
Nawawi al-Bantani, surah yang juga kerap disebut sebagai Ummul Kitab ini
mengandung empat macam ilmu utama yang perlu diketahui oleh setiap muslim.
Pertama ; Ilmu ushuluddin atau pokok-pokok agama yang
mencakup ilmu ketuhanan, kenabian, dan hari akhir. Ketuhanan terangkum di dalam
dua ayat pertama surah al-Fatihah yang menyebutkan segala puji bagi Tuhan
pemelihara (rabbun) seluruh alam, Dia Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Perkara
kenabian terkandung di dalam ayat shirat al-lazdina an ‘amta alaihum, yang
artinya jalan orang-orang yang engkau berikan nikmat. Mereka adalah para nabi
dan rasul utusan Allah serta orang-orang yang mengikutinya. Nikmat yang
dimaksud adalah risalah tauhid yang diwahyukan Allah kepada para nabi dan rasul.
Adapun perkara akhirat yang juga bagian dari pokok-pokok agama nan mesti
diimani dirangkum dalam ayat malik yaum ad-din,; (Dialah) penguasa hari
pembalasan.
Kedua ; ilmu furu’ atau cabang-cabang agama yang
meliputi ibadah-ibadah baik yang dilakukan dengan harta benda maupun badan. Disebutkan
di dalam al-Fatihah, iyyaka na’budu, “kepada Engkaulah kami menyembah”. Perkara muamalah pun dihitung
ibadah olehnya ia harus diatur dengan seperangkat perintah dan larangan. Peraturan
itu terkandung di dalam risalah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul. Risalah
yang menjadi nikmat agung bagi umat manusia, seperti disebutkan dalam ayat
“jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat”
Ketiga ; ilmu tentang penyempurnaan diri (tahshl
al-kamalat) yaitu ilmu tentang akhlak. Di antara akhlak yang paling luhur
adalah istiqamah atau konsisten pada jalan kebenaran. Hal itu hanya bisa dicapai
dengan petolongan Allah, seperti diisyaraktkan oleh ayat wa iyyaka nasta’in,
“dan kepada Engkau jualah kami meminta pertolongan”
Keempat ; ilmu tentang kisah-kisah dan kabar berita
umat-umat terdahulu. Kisah tersebut mencakup mereka yang melalui masa hidupnya
dengan bahagia dari kalangan nabi dan rasul. Diceritakan pula tentang mereka
yang menderita di dunia dan juga di akhirat. Kaum celaka itu diisyaratkan oleh
dua ayat terakhir surah al-Fatihah, ghair al-maghdub alaihim wa laa
adh-dhalin, “bukan kaum yang Engkau murkai, bukan pula kaum sesat”.
Setelah memberikan pembukaan umum tentang
surah al-Fatihah, Syaikh Nawawi pun memulai penjelasannya untuk setiap ayat. Penejlasan
tersebut dimulai dari basmalah yang diurai dengan sangat rinci bahkan huruf per
huruf. Selanjutnya tiap ayat diuraikan baik dari segi ragam qiraahnya dan
implikasi pemaknaannya maupun kandungannya secara keseluruhan. Bila diberikan
umur panjang oleh Allah, insyaallah, kami akan melanjutkan seri ini ke
bagian dua.