Headlines News :
Made by : MF-Abdullah @ Catatan
Home » , » Menghadapi Dua Jenis Pengingkar Kebenaran Islam

Menghadapi Dua Jenis Pengingkar Kebenaran Islam

Written By apaaja on Senin, 15 Oktober 2012 | 21.05.00

 Bismillah... postingan kali ini masih lanjutan dari  postingan sebelumnya mengenai sentimen anti-Islam dan sikap ideal dalam menghadapinya.
Pada postingan sebelumnya tentang faktor yang menyebabkan barat membeci Islam, telah diajukan beberapa tesis yang mungkin menjadi  jawaban dari sebuah pertanyaan besar ; mengapa masih banyak masyarakat Barat yang merasa antipati atau bahkan takut terhadap Islam sebagai sebuah agama dan kaum Muslimin sebagai sebuah komunitas umat beragama?. Terlepas dari faktor apa sebenarnya yang menjadi pemicu dominan dari rasa takut atau benci tersebut, suatu yang pasti bahwa sentimen ini telah berkembang menjadi penolakan atas Islam sebagai agama atau bahkan terhadap keberadaan komunitas kaum muslimin. Penolakan terhadap Islam memang telah ada sejak pertama kali dakwahnya diserukan oleh Rasulullah, dan akan terus ada hingga kiamat kelak. Faktornya mugnkin beragam, mulai dari ketakutan kehilangan pengaruh seperti elit Quraisy dan Abdullah bin Ubay bin Salul si gembong munafik, hingga faktor-faktor yan telah kita diskusikan sebelumnya., namun Allah swt di dalam al-Qur’an memberikan penyederhanaan yang padat dan jelas dalam maslah ini. Di dalam bahasa al-Qur’an, kaum yang menolak kebenaran Islam ada di dalam dua klasifikasi besar ; adh-dhalin (kaum yang sesat) dan al-maghdub (kaum yang dimurkai). Kedua klasifikasi ini disebutkan pada surah al-Fatihah, sebagai antagonis dari kaum beriman yang menerima Islam dan senantiasa berdoa agar tetap berada pada “jalan yang lurus”.   
kaum al-dhalin, sesat karena provokasi
Kaum al-maghdub oleh para mufasir diartikan sebagai kamu Yahudi, dan orang-orang yang serupa dengan sifat mereka (wa man ‘ala syakilatihim). Sifat Yahudi adalah mengetahui kebenaran namun mereka terlalu angkuh untuk mengakuinya. Sebagain penolak kebenaran Islam dan pembenci Islam pada masa kini memiliki sifat yang sama dengan kaum Yahudi. Mereka sebenarnya mengetahui dengan ilmu yang mereka miliki bahwa ajaran Islam adalah kebenaran yang terang, tetapi beragam faktor duniawi membuat mereka tidak bisa mendapatkan hidayah. Sebagai masyarakat sekuler, kebenaran yang dapat diterima di barat adalah kebenaran materilaistik, dan terbukti secara ilmiyah. Karena hal inilah, beberapa ilmuwan besar akhirnya menjadi muallaf setelah membuktikan kebenaran al-Qur’an melalui serangkaian penelitian, misalnya Maurice Buchaille atau fisikiawan Dimitri Bolykov. Namun demikian, tidak semu yang telah menyadari kebenaran Islam mau memeluk atau minimal keberadaan Islam karena beragam faktor yang menghalangi mereka
Kaum kedua adalah adh-dhalin, atau kaum yang tersesat. Para mufasir menyebutkan bahwa julukan ini merujuk kepada orang-orang Nasrani dan siapa pun yang mengikuti sifat mereka. Jenis kedua ini adalah merekak yang menolak Islam karena ketidak tahuan akan hakikat kebenaran Islam. Mereka adalah korban propoganda media yang terlanjur bersikap bias terhadap Islam, seperti yang dikatakan Edward Said. Ketika menafsirkan ayat terkahir surah al-Fatihah tersebut, Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi menyatakan bahwa disamping mereka yang tersesat karena ketidak tahuan atau kebodohan, kelompok adh-dhalin juga mencakup kaum al-mudhil, yaitu mereka yang setelah tersesat mulai menyebarkan kesesatannya dengan antusias. (asy-Sya’rawi, tt : 33).  Dalam konteks kasus Barat, kaum yang disebutkan oleh asy-Sya’rawi ini adalah media dan penulis-penulis yang gemar memunculkan citra buruk Islam. Belakangna pencitraan itu berkembang menjadi film, karikatur, bahkan vidio games.
Kedua jenis kelompok penolak Islam tadi telah diliputi oleh kegelapan karena enggan menerima cahaya Islam. Adalah tanggung jawab kita yang telah menerima cahaya Islam untuk menyebarkan cahaya itu kepada mereka. Di dalam al-Qur’an Allah swt memberikan isyarat bahwa cahaya Islam dapat diketahui manusia melalui al-qalam (al-‘Alaq : 5-6). Bahkan untuk menanggapi sikap anti dawah para elit Quraisy yang mengangap Nabi Muhammad gila, Allah swt bersumpah demi al-qalam dan segala yang dituliskan bahwa Muhammad sang penerima risalah sama sekali tidak gila (al-Qalam : 3).  Al-qalam berarti pena, dalam konteks kemoderean, pena dapat diartikan kegiata menyebar luaskan ide melalui media, terutama media tulis baik cetak maupun online. Kami yakin bahwa di era informasi ini, seperti kata Alvin Toffler, mereka yang menguasai informasi atau pembentuk wacana adalah akan menjadi penguasa. Telah kita maklumi bahwa opini publik kini berada di tangan kaum yang tidak terlalu simpati pada Islam.
Dengan spirit al-Qalam ini, saatnya kaum muslimin untuk menggalakan kegiatan menulis, karena seperti yang telah diisyratkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an, menulis dapat membuktikan betapa Muhammad adalah pribadi yang mulia dan ajaran yang dibawanya adalah kebenaran yang nyata. Logikanya, bagaimana mungkin ajaran yang datang dari seorang yang gila, mampu melahirkan peradaban yang dibangun di atas tradisi ilmu dimana kegiatan tulis-menulis adalah tiang utamanya. Jika ajaran Islam memang ajaran barbar, bagaiaman mungkin dari rahim peradabannya lahir penulis-penulis ensiklopedis seperti al-Farabi, Ibnu Rusyd, Ibnu Miskawaih dan sangat banyak lagi?.  Dahulu Islam disegani karena tradisi al-qalam yang mengagumkan  ; seorang ulama akan diberikan emas seberat kitab-kitab yang dapat disusunnya. Bahkan setelah peran politik-militer umat Islam telah pudar, buku-buku karangan ulama Islam seperti al-Razi, al-Ghazali, Ibnu Sina, atau Ibnu Taimiyah tetap dikaji dengan penuh gairah di Barat. Dus, spirit al-Qalam ummat Islam telah berhasil membuktikan keagungan ajarannya. Maka, jika selama ini Muhammadiyah berbangga dengan spirit al-Maun, kini saatnya Muhammadiyah menggalakn spirit al-Qalam. Semoga dari lingkungannya lahir para penulis yang mampu menghapus citra buruk Islam dengan gorean pena mereka.  Wallahu a’lam.
Share this article :

4 komentar:

  1. Paling gemes dengan kaum al-mudhil yang merasa paling intelek.. *lirik JIL :D :D :D

    BalasHapus
  2. hehehe.... iya, bahkan si novri anak jil itu, nggk segan2 ngatain orang kolot. ckckck,

    tafsiran asy-Sya'rawi ttg keberadaan kamu al-mudhil itu memang pas mantap sama mereka *ngelirik2 JIL juga hehe.

    BalasHapus
  3. suka ending nya! kita memang harus bergerak. media yang pas untuk membendung itu semua, selain media. yaa dengan tulisan ini!
    terus berkarya!
    Allahu Akbar.

    lirik juga: zarkasih20.blogspot.com

    BalasHapus
  4. makasih mas... ya ya, aduh sebenarnya ini memang tulisan untuk majalah SM, jadi ada Muhammadiyahnya hehe... tapi yaa, ini tetap berlaku bagi setiap muslim.

    yup bro... langsung ke tkp ni.

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Santri Cendekia - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template